MASALAH-MASALAH FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA MASA REMAJA



NAMA            : CINDY LARASATI
NIM                : 15140108

KELAS           : B12.2

MASALAH-MASALAH FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA MASA REMAJA
1.      Pengertian
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan proses mental. Menurut Monks dalam Sunarto (2006: 39) perkembangan adalah suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar. Sedangkan menurut Schneirla dalam Sunarto (2006: 38) perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisme-organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya yang meliputi dua faktor, yaitu kematangan dan pengalaman.
Pengertian-pengertian tentang menurut para ahli di atas, dapat ditarik pengertian mengenai psikologi dan perkembangan. Psikologi adalah ilmu tentang jiwa, sedangkan perkembangan yaitu proses atau tahapan yang ditempuh oleh manusia yang akan membawa manusia ke arah kedewasaan yang didapat dari proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar melalui pengalaman. Keduanya berkaitan, perkembangan menuju ke arah kedewasaan bersangkutan dengan jiwa manusia.
Peserta didik mempunyai makna yang identik dengan pendidikan. Peserta didik yaitu manusia yang mengikuti pendidikan dalam hidupnya. Sedangkan remaja mempunyai pengertian yang sangat banyak sehingga remaja sulit didefinisikan secara mutlak. Remaja dalam pengertian secara bahasa, dapat diartikan sebagai puberteit, adolescentia, dan youth. Menurut Sunarto (2006: 51) istilah puberty dalam bahasa Inggris, sama dengan istilah puberteit dalam bahasa Belanda yang berasal dari bahasa Latin pubertas yang berarti usia kedewasaan. Istilah adolescentia berasal dari bahasa Latin yang mempunyai makna hampir sama dengan pubertas, namun kedua kata ini berbeda. Adolescentia  mempunyai makna masa muda. Makna ini lebih condong terhadap perkembangan psikis pada usia 12 - 22 tahun. Menurut Bigot, Kohnstam, dan Palland dalam Sunarto (2006: 57) masa pubertas berada pada rentang usia 15-18 tahun dan masa adolescent dalam usia 18-21 tahun. Di Indonesia, kedua kata ini diartikan secara global, yakni remaja. Pengertian mengenai remaja dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a.       Remaja Ditinjau dari Sudut Perkembangan Fisik
Menurut Sunarto (2006: 53) dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Pada akhir dari perkembangan fisik ini akan menghasilkan seorang pemuda menjadi seorang pria dan seorang gadis menjadi seorang wanita.
Masa pematangan fisik ini berjalan kurang lebih dua tahun yang dihitung sejak menstruasi pertama pada anak perempuan dan sejak mengalami mimpi basah pada anak laki-laki. Masa dua tahun ini dinamakan masa pubertas. Awal dari masa pubertas ini sulit sitentukan, karena dimulainya menstruasi atau mimpi basah tergantung pada kondisi masing-masing individu.
b.      Batasan Remaja Menurut WHO
Menurut Sunarto (2006: 54) remaja merupakan suatu pertumbuhan dan perkembangan dimana berkembangnya tanda seksual sekunder mencapai kematangan seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan ketergantungan sosialnya menjadi lebih mandiri. Batasan usia menurut WHO yaitu 19-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Hal ini didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita dan juga berlaku pada pria. Kemudian WHO membagi kurun usia dalam dua bagian yaitu remaja awal yang rentang usianya antara 10-14 tahun dan remaja akhir antara 15-20 tahun.
c.       Remaja Ditinjau dari Faktor Sosial Psikologis
Menurut Sunarto (2006: 54) pada faktor sosial psikologis ini pada puncaknya ditandai dengan adanya perubahan dari kondisi “entropy” ke kondisi “negen-tropy”. Entropy  adalah keadaan di mana kesadaran manusia belum tersusun rapi, walaupun isinya sudah banyak yang meliputi pengetahuan, perasaan, dan sebagainya namun isi-isi gtersebut belum berkaitan dengan baik sehingga belum bisa berfungsi secara maksimal. Selama masa remaja, kondisi ini disusun secara bertahap, diarahkan dan distruktur sehingga lambat laun terjadi kondisi negen-tropy atau negative entropy. Kondisi negentropy ini adalah keadaan di mana isis dari kesadaran tersusun dengan baik. Pengetahuan dapat terkait dengan perasaan ataupun sikap. Sehingga individu pada kondisi ini akan merasa sebagai individu yang utuh dan mempunyai tujuan yang jelas dan mempunyai semangat beserta tanggung jawab.
d.      Remaja dalam Perspektif Masyarakat Indonesia
Menurut Sarlito dalam Sunarto (2006: 56) tidak ada pengertian mengenai remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional. Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah. Pertimbangan mengenai masa remaja dalam Indonesia ini beragam, yaitu pada saat tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak, akil balig menurut agama maupun adat, dan status perkawinan.
Pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologis perkembangan peserta didik masa remaja ini yaitu ilmu yang mempelajari tentang psikis seorang individu dalam masa mengenyam pendidikan yang berkembang menuju kedewasaan pada masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
2.      Fase - Fase Remaja
Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Namun Menurut Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan aliran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun. Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat penganut aliran kontemporer memasukan mereka  dalam kategori remaja. Adanya peningkatan kecenderungan para remaja untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan kerja (magang) setamat SLTA, membuat individu yang berusia 19 hingga 22 tahun juga dimasukan dalam golongan remaja, dengan pertimbangan bahwa pembentukan identitas diri remaja masih terus berlangsung sepanjang rentang usia tersebut. Lebih lanjut Thornburgh membagi usia remaja menjadi tiga kelompok, yaitu:.
a.       Adolensi dini / Remaja awal
Pada usia sekitar antara 11 hingga 13 tahun. Fase ini berarti preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif / ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif.
b.      Adolensi menengah / Remaja pertengahan
Berkisar antara usia 14 hingga 16 tahun,Fase ini memiliki ciri umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kritik, tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar, seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas lebih terarah untuk meminta bantuan.
c.       Adolesensi akhir / Remaja akhir
 antara usia 17 hingga 19 tahun, masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan jiwanya. Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya. Menurut Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50) pada masa remaja umumnya telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan phisikis anak.
Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung.
Pada masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
3.      Karakteristik Remaja
Menurut Hurlock, remaja memiliki ciri-ciri khusus yang spesifik dalam diri seorang remaja, yaitu :
Masa remaja sebagai periode yang penting
Meskipun semua periode adalan penting, tetapi kadar kepentingan usia remaja cukup tinggi mengingat dalam periode ini begitu besar pengaruh fisik dan psikis membentuk kepribadian manusia. Periode ini membentuk pengarugh paling besar terhadap fisik dan psikis manusia sepanjang hayatnya kelak.
Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan bukan berari terputusnya suatu rangkaian sebelumnya dengan rangkaian berikutnya. Peralihan lebih menuju pada arti sebuah jembatan pergantian atau tahapan antara dua titik. Titik ini juga bisa disebut titik rawan periode manusia, di mana dalam titik ini terbuka peluang untuk selamat atau tidaknya pola pikir dan pola sikap manusia sebagai pelaku peralihan itu sendiri. Peralihan ini dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Tidak dikatakan masa kanak-kanak yang penuh masa-masa bermain-main, tetapi juga tidak masa dewasa, yang penuh kematangan dalam pemikiran dan tingkah laku.
Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan tingkah laku remaja sama dengan perubahan fisiknya. Ada lima perubahan yang bersifat universal :

1.      Meningginya emosi
2.      Perubahan tubuh
3.      Perubahan minat dan peran dalam pergaulan sosial
4.      Perubahan pola nilai-nilai yang dianutnya
5.      Perubahan yang ambivalen, di mana masa remaja biasanya menginginkan perubahan, tetapi secara mental belum ada kesadaran tanggungjawab atas keinginannya sendiri.
Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masa remaja memiliki masalah yang sulit di atasi, disebabkan adanya kebiasaan penyelesaian masalah dalam masa sebelumnya yaitu masa kanak-kanak oleh orang tua dan guru sehingga remaja kurang memiliki pengalaman dalam menyelesaikan setiap masalahnya. Oleh karena dalam penyelesaian masalahnya remaja kurang siap, maka kadangkala tidak mencapai keberhasilan yang memuaskan, sehingga kegagalan tersebut bisa berakibat tragis.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Salan satu cara untuk menampilkan identitas diri agar diakui oleh teman sebayanya atau lingkungan pergaulannya, biasanya menggunakan simbol status dalam bentuk kemewahan atau kebanggan lainnya yang bisa mendapatkan dirinya diperhatikan atau tampil berbeda dan individualis di depan umum.
Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Sebagaimana disampaikan oleh Majeres yang dikutip oleh Hurlock dalam Psikologi Perkembangan (2009:208), disebutkan bahwa “banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya, banyak yang bersifat negatif”. Ini gambaran bahwa usia remaja merupakan usia yang membawa kekhawatiran dan ketakutan para orang tua. Stereotip ini  memberikan dampak pada pendalaman pribadi dan sikap remaja terahadap dirinya sendiri.


Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Berbagai harapan dan imajinasi yang tidak masuk di akal seringkali menghiasi pemikiran dan cita-cita kaum remaja. Ambisi melintasi logika tersebut tidak dapat dikendalikan dan selalu ada dalam pengalaman hidup perkembangan psikologi remaja. Ia melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang dicita-citakan dan diinginkan, bukan sebagaimana adanya di alam nyata.
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Kebiasaanya di masa kanak-kanak, ternyata masih juga kadang terbawa di usia remaja ini, dan teramat sukar untuk menghapusnya. Sementara usianya yang menjelang dewasa menuntut untuk meninggalkan kebiasaan yang melekat di usia kanak-kanak tersebut. Menyikapi kondisi ini, kadangkala untuk menunjukkan bahwa dirinya sudah dewasa dan sudah siap menjadi dewasa, mereka bertingkahlaku yang meniru-niru sebagaimana orang dewasa di sekitarnya bertingkahlaku, bisa tingkahlaku positif dan bisa negatif
1.      Perkembangan Remaja
a.      Perkembangan Fisik Remaja
Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisitem reproduksi.
Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organreproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder.
a.       Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi.
b.      karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya.
Menurut Mussen dkk., (1979) sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan seksual remaja. Anak remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra mulai menunjukan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun (Katchadurian, 1989). Penyebab terjadi makin awalnya tanda-tanda pertumbuhan ini diperkirakan karena faktor gizi yang semakin baik, rangsangan dari lingkungan, iklim, dan faktor sosio-ekonomi (Sarwono, dalam JEN, 1998).
Pada masa pubertas, hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Menurut Bourgeois dan Wolfish (1994) remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Selama masa remaja, perubahan tubuh ini akan semakin mencapai keseimbangan yang sifatnya individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis, sebelum akhirnya nanti mengalami penurunan fungsi pada saat awal masa lanjut usia (Myles dkk, 1993). Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik. Menurut PKBI (1984) secara fisik, usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20 – 30 tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada bermacam-macam . Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secar fisik kondisi organ reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini wanita belum cukup matang dan dewasa. Sampoerno dan Azwar (1987) menambahkan bahwa perawatan pra-natal pada calon ibu muda usia biasanya kurang baik karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan.
b.      Perkembangan Psikis/Psikologi Remaja
1.      Kognitif Psikologi Remaja
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut
a.       Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
b.      Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
c.       Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
d.      Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
e.       Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja
f.       Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi
g.      Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri)
2.      Perkembangan Emosi Psikologi Remaja
Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja yangberkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnyaterhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya : psikologi remaja
a.       Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya
b.      Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang
Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :
a.       Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya
b.      Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak
Pekembangan Moral Psikologi Remaja
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain).
Perkembangan Sosial Psikologi Remaja
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya. Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya.
Perkembangan Kepribadian Psikologi Remaja
Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?). Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam perkembangan integritas pribadi remaja (psikologi remaja) adalah :
a.       Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk berperilaku dewasa pula
b.      Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru
c.       Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya
d.      Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis
e.       Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri
Perkembangan Kesadaran Beragama
Iman dan hati adalah penentu perilaku dan perbuatan seseorang. Bagaimana perkembangan spiritual ini terjadi pada psikologi remaja? Sesuai dengan perkembangannya kemampuan kritis psikologi remaja hingga menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai agama ke dalam kalbu dan kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang memedulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturan-benturan dan ujian.
2.      Tugas-Tugas Pada Fase Remaja
Pada usia tersebut,mereka mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
a.       Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
b.      Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
c.       Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
d.      Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
e.       Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
f.       Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
g.      Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara
h.      Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
i.        Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
3.      Masalah-Masalah pada Fase Remaja
Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
            Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
            Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis.
Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.

Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.
Uraian di atas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku. Beberapa bentuk gangguan perilaku ini dapat digolongkan dalam delinkuensi.
4.      Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
a.      Kutub Keluarga ( Rumah Tangga)
            Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).
            Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
1.      Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)
2.      Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah
3.      Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
4.      Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).
Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres pada anak dan remaja, yaitu:

1.      Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
2.      Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga
3.      Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek
4.      Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak
5.      Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada anak
6.      Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua terhadap anak
7.      Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain
8.      Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup
9.      Kurang stimuli kongnitif atau sosial
10.  Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.
Sebagaimana telah disebutkan di muka, maka anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sebagaimana diuraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti soial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/maja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah).
b.      Kutub Sekolah
            Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;
1.      Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
2.      Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
3.      Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
4.      Kesejahteraan guru yang tidak memadai
5.      Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang
6.      Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya



Kutub Masyarakat (Kondisi Lingkungan Sosial)
            Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain:
Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan)
1.      Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini hari
2.      Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
3.      Pengangguran
4.      Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5.      Wanita tuna susila (wts)
6.      Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan
7.      Perumahan kumuh dan padat
8.      Pencemaran lingkungan
9.      Tindak kekerasan dan kriminalitas
10.  Kesenjangan sosial

5.      Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas)
a.       Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya
b.      Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal
c.       Kebut-kebutan
d.      Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan
e.       Perkosaan
f.       Pembunuhan
g.      Tindak kekerasan lainnya
h.      Pengrusakan Coret-coret dan lain sebagainya
Kondisi psikososial dan ketiga kutub diatas, merupakan faktor yang kondusif bagi terjadinya kenakalan remaja.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »